Jumat, 18 November 2016

Review Dilan - Milea

Aslinya. Gua ga terlalu suka baca. Gua lebih suka nonton. Tapi entah kenapa setiap novel yang dieksekusi ke film rada kurang greget dibanding cerita dinovel itu sendiri. Makanya dibeberapa novel tertentu gua bakalan baca. Apalagi setelah denger dari sosmed kalo novel itu bagus dan menarik.
Dan. Baru kali ini. Gua baca novel kisah cinta yang beruntun. 3 novel. Ya. Dilanku tahun 1990, 1991. Dan Milea Suara dari Dilan. Penulis Ayah Pidi Baiq.
Di novel pertama. Bentar. Gua lebih sreg ngetik buku sebenernya daripada novel. Oke. Ganti aja ya. Di buku pertama masa perkenalan Milea dan Dilan. Pdkt-an yang kocak banget. Disitu gua ambil kesimpulan kalo Dilan adalah cowo yang sangat romantis.
Di buku kedua. Mulai ada problem dalam hubungan mereka. Perilaku Dilan yang bikin Milea khawatir ga karuan. Membuat Milea memutuskan hubungan dengan Dilan. Sampe akhirnya sad ending.
Dan di buku ketiga. Dilan mencoba mengeluarkan apa yang sebenarnya dia rasa-in didalam buku-buku sebelumnya. Juga persepsi Dilan terhadap Milea. Gua ngabisin buku ketiga ini 2-3 hari. Di bab-bab terakhir banjir air mataaa.
Seperti yang Dilan bilang. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Pelajaran ekonomi dimana Dilan ngasih TTS yang udah diisi ke Lia. Hahahah. Dilan emang selalu diluar dugaan. Terus pelajaran biologi. Dimana ketika Lia nangis. Lia mengeluarkan air mata. Yang sekaligus mengeluarkan kotoran dimata wqwqw.
Yang bisa diambil dalam cerita ini adalah komunikasi. Ya. Komunikasi adalah jalan dimana ketika kita sudah memiliki prasangka buruk terhadap orang lain. Dan ini adalah yang disesalkan oleh Dilan dan Milea.